top of page

Bimbit untuk Yoseph


Dibalik layar film “Nonggup”

Namanya Yoseph Woroph. Dia adalah salah satu warga yang pertama kali menyambut saya di Desa Ogenetan. Sebuah desa kecil berjarak sekitar 65 km di sebelah utara Kota Boven Diguel, Papua.

“Selamat sore adek.” sapanya dengan senyuman seperti yang selalu kutemui di setiap masyarakat Papua. Tingginya sekitar 150 cm dan di bagian dada sebelah kiri, tampak jelas sebuah bekas luka memanjang. Sementara di dekat kakinya berdiri seekor anjing coklat jinak bernama Bimbit. Dari bulu-bulunya yang mulai berontokan, tampak bahwa anjing ini sudah berumur agak tua. Tapi siapa sangka, ada satu hal yang membuat anjing ini sangat berarti bagi Pak Yoseph.

Waktu itu, beberapa tahun yang lalu, Bapak Yoseph dan istri seperti biasa masuk ke hutan untuk berburu babi. Dalam perburuan, biasanya kaum perempuan mencari hasil-hasil hutan. Sementara sang suami berfokus untuk berburu babi hutan. Tradisi berburu ini dilakukan oleh hampir semua keluarga di desa ini. Biasanya sekali berburu mereka membutuhkan waktu beberapa hari di dalam hutan sampai mereka menganggap hasil perburuan telah cukup untuk dijual dan dikonsumsi bersama-sama. Ya, semua hasil buruan yang tidak dijual akan dibawa pulang ke desa untuk dimakan bersama.

Setelah beberapa hari di dalam hutan, siang menjelang sore itu, Bapak Yoseph melihat seekor babi besar tak jauh dari tempatnya berdiri. Babi itu belum menyadari keberadaan Bapak Yoseph, dan ini keberuntungan baginya untuk mencoba mendekat dan mengarahkan anak panah dengan tepat ke sasaran. Hal ini penting karena jika meleset, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Babi itu akan lari pergi atau justru balik menyerang. Kemungkinan yang ke dua inilah yang sangat berbahaya karena walau terlihat lemah dan sulit bergerak, babi ini mampu bergerak cepat dan memiliki taring panjang yang dapat membunuh.

Bapak Yoseph sudah yakin telah mengarahkan anak panahnya dengan tepat. Dengan cepat anak panah meluncur ke sasaran dan terdengarlah jeritan seekor babi. Tapi betapa kagetnya Bapak Yoseph setelah menyadari bahwa anak panah meleset mengena bagian tubuh yang tidak mematikan.

Babi itu dengan cepat berlari ke arah Bapak Yoseph. Tak ada yang dapat dia lakukan selain berdiri menantang dan menyambut datangnya babi itu. Pertarungan dua spesies pun terjadi. Bapak Yoseph masih sempat menghujamkan pukulan ke kepala babi sebelum taring babi itu menembus dadanya. Babi itu seolah menggila dan tak memberi ampun pada Bapak Yoseph yang sudah jatuh tak berdaya. Tak ada ruang bergerak untuk lari. Saya akan mati di sini, fikirnya. Namun mendadak babi itu teriak dan berhenti menyerang. Terdengar geraman seekor anjing. Saat itulah Bapak Yoseph yang sudah berlumuran darah dapat melihat anjingnya, si Bimbit, menggigit kaki belakang babi itu dengan ganasnya. Hingga akhirnya babi itu berbalik dan menyerang si Bimbit.

Tampaknya si Bimbit sadar, dia tidak akan mampu menang melawan babi sebesar itu. Tapi sepertinya si Bimbit memang tidak bermaksud membunuh babi itu. Dia hanya ingin menyelamatkan tuannya yang sudah tidak berdaya. Bimbit berlari mengalihkan perhatian sehingga babi itu pun berlari mengejar Bimbit. Saat itulah Bapak Yoseph mendapat kesempatan untuk segera berlari menuju sungai yang tak jauh dari bascamp keluarganya. Dari situlah Bapak Yoseph akhirnya mendapatkan pertolongan. Tapi tentunya tidak mudah. Luka terlalu besar dan darah terlalu banyak. Untung saja Bapak Yoseph masih dapat segera dilarikan ke desa untuk ditolong oleh dukun sebegai pertolongan pertama. Setelah itu barulah dia dilarikan ke ibukota kecamatan Mindiptana yang berjarak kurang lebih 20 km dari Desa Ogenetan.

Semuanya selamat. Si Bimbit berhasil lolos dari kejaran Babi. Saat Bapak Yoseph telah pulih sepenuhnya, akhirnya si Bimbit mendapatkan hadiah spesial dari tuannya. Secangkir kopi untuk sang pahlawan.

Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page